RISKA'S BLOG

Kpoppers sejati yang hiatus karena kelas 9. Author at screenplays >

Jumat, 20 November 2015

FF//BTS-EXO//TRUST ME PLEASE//CHAPTER 1



Trust Me, Please ?

Cast :            Byun Baekhyun  [EXO]
                     Kim Taehyung    [BTS ]
                     Park Chanyeol    [EXO]
Other Cast :  Menyusul (?)
Rated         : T
Genre         : Romance, Hurt, Brothership, Family, Angst
Length       : Chaptered


Haii aku balik lagi dengan ff baru lagi...  Tapi maaf kalau hasilnya kurang memuaskan :"v
Dan seperti biasa, genrenya hurt and angst.. Duh aku demen banget sama ff bergenre semacam ini
Oh iya, buat ff ku yang I HATE MY LIFE itu sebenernya udah selesai, mau di update lagi tapi masih harus banyak yang belum di edit.. Lagian di situ agak nyerempet ke rated M (yah walopun kaga full sih) :"v
Kalo ada waktu dan inget (?) ntar aku update dah.. ff itu kan termasuk dalam 5 postingan yang paling banyak dibaca (?) jadi ngerasa ada tanggungan buat nyelesaiinnya XD
Thanks banget yah yang udah mau jadi readers di sini, terutama yang koment >//<  Muachh


WARNING!! THIS IS YAOI FANFICTION. DLDR!





Sinar mentari pagi yang hangat mencoba untuk menelusup melalui celah gorden jendela yang setengah terbuka. Membuatku yang sebelumnya sedang bergelut didalam selimutku merasa terusik dengan cahaya itu yang mengenai sebagian wajahku. Aku menguap sedikit, namun tetap tidak membuka mataku. Aku menarik kembali ujung selimutku hingga menutupi seluruh bagian tubuhku, termasuk wajahku.

Belum sempat aku mengarungi dunia mimpiku kembali, aku kembali diganggu dengan kicauan burung-burung gereja. Lalu ada suara Belky - anjing peliharaan ras Golden Retriever- yang menggonggong dengan suara kerasnya itu. Shit. Aku mengibaskan selimutku kasar dan langsung beranjak menuju kamar mandi. Semua suara tadi benar - benar mengangguku.

15 menit kemudian, aku sudah selesai mandi dan kini sedang menyimpul dasiku.

“Baekhyunnie, ayo cepat turun! Sarapan sudah siap,” terdengar teriakan ibu yang memanggilku dari bawah. Aku hanya mengangguk, yah walaupun ibu tidak bisa melihatku sih. Kekeke.

Oh iya, aku lupa belum mengenalkan diriku. Baiklah, namaku adalah Baekhyun, tepatnya Jung Baekhyun. Aku adalah anak dari  Jung Daehyun dan Jung Youngjae. Apa kalian bingung mengapa kedua orang tuaku laki-laki? Ehm aku tidak tahu, karena yang aku tahu adalah mereka saling mencintai. Dan sekarang umurku 18 tahun. Tahun ini aku kelas 3 di Byeolde High School.

Aku melirik arloji yang ada di tangan kiriku. 7.15 . Ah, masih ada banyak waktu. Aku meraih tasku di atas mejaku dan menyampirkannya di bahuku, lalu berjalan keluar pintu kamar sambil membayangkan betapa harmonis dan indahnya keluargaku ini. Yah, benar-benar sangat indah, sampai seseorang yang berdiri didepan pintu kamarnya yang ada diseberang pintu kamarku itu menampilkan cengiran bodohnya. Oh ya Tuhan, khayalanku yang indah akhirnya runtuh juga. Aku menarik kata-kataku. keluarga ini tidak harmonis dan tidak indah sama sekali.

“Selamat pagi Baekhyun hyung.”

Tanpa membalas sapaannya dan senyuman bodohnya yang memuakkan bagiku itu, aku langsung melenggang pergi meninggalkan dia untuk menuruni tangga menuju ruang makan. Oh kurasa dia mengikutiku dibelakangku. Cih aku tidak peduli. Apa kalian bertanya siapa orang yang sedang mengikutiku? Hah. Dengan berat hati akan ku katakan kalau dia adalah ‘a-d-i-k k-e-m-b-a-r-k-u’ aku benci mengakuinya.

“Bagaimana mimpimu semalam hyung? Apakah indah?” tanyanya saat kami sedang berjalan ditangga.

“Apa kau sudah mengerjakan semua tugas dari Han sonsaengnim? Ah aku benar-benar tidak paham dengan logaritma hyung,” dia terus mengoceh.

“Ah ya, hari ini kira-kira ibu memasak apa ya? Tiba-tiba saja aku ingin makan bulgogi dan juga steak. Ah tapi apapun masakan ibu, semuanya sudah pasti lezat,” dia masih saja berceloteh walaupun dia sudah tahu kalau aku tidak akan pernah membalas semua ucapannya.

Ku lihat ibu dan ayah memandang ke arah kami berdua dengan senyum manis mereka. Tapi entah mengapa, aku merasa terselip rasa sedih di senyuman mereka. Huft. Kurasa mereka sedih karena aku dan Taehyung tidak akur.

“Ibu hari ini masak apa?” ujar Taehyung -adikku- sambil berlari memeluk ibu dan ayah bergantian.

“Nasi goreng, sayang.”

“Hei hyung, hari ini ibu membuatkan masakan kesukaanmu, kau harus berterima kasih pada ibu.” Lagi. Taehyung menampilkan senyum lebarnya dengan deretan gigi putihnya.

Aku masih tidak menggubris semuanya. Aku hanya menarik kursi dan duduk. Lalu menyantap sarapan pagiku dalam diam. Hanya aku seorang yang diam. Taehyung, ayah, dan ibu sibuk berbincang-bincang. Sesekali aku tersenyum kecil saat mereka bertiga tertawa -tanpa mereka sadari.

Selesai makan, aku bangkit dari kursiku dan membungkuk sopan kepada ayah dan ibu dan berjalan ke pintu depan untuk memakai sepatu. Aku mendengar kalau Taehyung mengucapkan salam dan pergi menyusulku menuju rak sepatu. Dia mengambil sepatunya dan juga sepatuku. Di pintu depan, ia memberikan sepatuku sambil tersenyum lagi. Aku mulai berpikir, apakah Taehyung ini waras? Kenapa sedari tadi tersenyum terus? Apakah itu tidak melelahkan?

Aku mengambil sepatu yang disodorkan Taehyung dan mulai memakainya dengan cepat. Begitupun dengan Taehyung, dia memakai sepatunya dengan cepat. Setelah itu kami berdua membuka pintu dan keluar dari pintu depan. Aku tersenyum senang saat Belky menghampiriku dan menjilati pipiku. Ah, aku benar-benar menyayangi Belky. Aku mengusak lembut bulu coklatnya dan memeluk tubuhnya. Taehyung berjongkok disebelahku dan melakukan hal yang sama denganku. Bedanya, dia tertawa dengan lepas sambil merangkulnya gemas.

Walaupun aku membenci Taehyung, tapi tidak bisa dipungkiri kalau aku menyukai suara gelak tawanya. Terdengar sangat menyenangkan.

Aku membelai bulu kepala Belky dan tersenyum kecil. Belky menggonggong kecil sambil menggesekkan kepalanya didadaku. Aku bisa melihat dengan ekor mataku kalau Taehyung ikut tersenyum kecil memandangku. Ku lihat Taehyung berdiri dan menarik tangaku lembut, “Ayo hyung kita berangkat. Kau tidak mau kita berdua dihukum Han sonsaengnim bukan?” dan untuk kesekian kalinya dia tersenyum hangat.

Tapi memang pada dasarnya aku keras kepala dan membenci Taehyung, aku menampik tangan Taehyung kasar dan berjalan mendahuluinya. “Belky, tunggulah di rumah. Nanti sore aku akan mengajakmu berjalan-jalan, oke?” aku mendengar Taehyung berbicara pada Belky dan disambut dengan gonggongan Belky.

Setelah itu kami berjalan menuju sekolah dengan jalan kaki. Jarak sekolah dengan rumah kami hanya sekitar 200m. Aku berjalan dengan Taehyung yang berjalan di belakangku yang terus berceloteh tentang apapun yang ada di pikirannya. Dan seperti biasa, aku tidak akan pernah menoleh ke belakang, apalagi membalas semua celotehan tidak bergunanya. Hingga 20 menit kemudian kami berdua sampai di gerbang sekolah.

“Akhirnya kita sampai hyung. Apa kau mau membeli minum dulu di kantin?” Aku tidak membalas pertanyaan Taehyung, dan kurasa Taehyung sudah terbiasa dengan sikapku itu. Jadi dia hanya menghembuskan nafasnya pelan lalu tersenyum dan berjalan di belakangku.

Setelah menemukan ruang kelasku, aku berjalan memasuki ruang kelas dan Taehyung juga memasuki kelas yang sama denganku. Satu fakta lainnya yang ku benci selain Taehyung si cerewet adalah adik kandungku, adalah Taehyung sekelas denganku! Lihat saja, baru saja dia memasuki kelas, semua murid mengerumuni dia dan berbincang-bincang hingga suasana kelas menjadi semakin rusuh.

Aku duduk dibangkuku yang paling pojok belakang -dekat dengan jendela yang menghadap langsung ke lapangan basket- dan mengenakan headsetku, lalu membenamkan kepalaku ke dalam lipatan kedua tanganku di atas meja. Lalu aku kembali mengenang masa laluku yang sangat indah, termasuk Taehyung yang ada didalamnya. Sebenarnya, dulu aku sangat menyayangi Taehyung, kami sangat sering bermain, belajar bersama, dan bahkan membicarakan apa saja yang ada dipikiran kami. Setiap sore dan minggu pagi kami juga mengajak Belky berjalan-jalan mengelilingi komplek rumah kami.

Bahkan saat ada ‘Singing Contest’ beberapa bulan yang lalu, dia sampai rela berlatih mati-matian untuk bermain gitar agar bisa mendampingiku menyanyi. Aku tahu Taehyung benar-benar payah dalam hal alat musik, tapi demi aku dia bahkan sampai rela pergi kesana kemari, menanyai semua sunbae yang bisa memainkan alat musik dan belajar bersama. Saat itu aku menangis saat semua usaha Taehyung tidak sia-sia, yah akhirnya aku memenangkan kontes itu. Ayah, ibu, Taehyung, semuanya memelukku karena senang.

Namun pada hari itu, kejadian yang tidak terduga menimpa kami semua -tepatnya hanya aku seorang yang merasakan. Pada hari itu, kami akh.. aku mengangkat kepalaku dan memeganginya yang terasa sangat sakit sekali. Selalu seperti ini, setiap kali aku mengingat kejadian ini, kepalaku selalu sakit. Mungkin Tuhan tidak memperbolehkan aku mengingatnya. Tuhan tidak mau aku mengingat hal itu. Hal yang membuatku sangat sedih, kecewa, dan membenci Taehyung.

Aku merasa setitik air mata jatuh mengalir dipipiku. Aku cepat-cepat menghapusnya dan kembali menenggelamkan kepalaku ke dalam lipatan tanganku sambil menunggu Han sonsaengnim tiba.

[SKIP TIME]

Aku membereskan semua bukuku, jam pelajaran telah berakhir. Semua murid sudah berhambur keluar sejak 5 menit yang lalu. Aku selalu menjadi yang terakhir keluar dari kelas, dengan Taehyung tentunya. Dari dulu dia memang seperti ini. Dia bagaikan anak itik yang membuntuti induknya kemanapun ia pergi. Seperti saat ini, ia sedang duduk dibangku didepanku sambil menatapku dengan cengiran bodohnya itu.

“Kau keren hyung, lagi-lagi kau mendapatkan nilai sempurna di pelajaran sastra Korea. Pasti saat kau masuk universitas nanti, kau akan memilih jurusan sastra, iya kan?”

Aku hanya terus diam dan tutup mulut. Tangan dan mataku sibuk mengamati satu persatu barang milikku dan memasukkannya ke dalam tas. Aku tak ingin ada satu benda pun yang tertinggal di sekolah. Karena jika sekalinya tertinggal, besok pasti akan hilang. Aku pernah mengalami kejadian itu saat aku duduk di bangku sekolah dasar dan tidak sengaja aku meninggalkan rautan pensilku di kolong meja, dan keesokan harinya benda itu pun menghilang. Dan Taehyung memberikan rautan pensil miliknya agar aku berhenti menangis. Kekeke. Aku sempat berfikir, seharusnya Taehyung yang menjadi kakakku. Sifatnya benar-benar sangat dewasa.

“Kalau begitu, aku juga akan mempelajari sastra agar aku bisa masuk satu jurusan denganmu.”

Seketika aku menghentikan semua pergerakanku dan menatap tajam ke arahnya. Aku memang benci padanya, tapi aku juga masih memiliki rasa peduli padanya. Dia bahkan rela melepas cita-citanya demi bersamaku? Apa dia pengidap brother complex? Apakah dia menyukaiku? Ah tidak mungkin. Aku menempis pemikiran menjijikkan itu jauh-jauh.

Taehyung dari dulu sangat ingin masuk kelas jurusan musik. Dia memang tidak terlalu pandai dalam hal alat musik, tetapi ia sangat lihai dan pandai dalam hal menari dan menyanyi seperti. Dia bahkan sangat memimpikan menjadi artis sejak dia masih duduk dibangku sekolah dasar. Dan mungkin menjadi pendamping menyanyiku saat kontes menyanyi waktu itu adalah salah satu usahanya untuk masuk jurusan musik. Bukankah itu membuktikan kalau betapa inginnya dia di jurusan musik? Lalu apa alasannya memutar balik tujuan awalnya menjadi sepertiku? Kenapa dia mengikutiku terus?

“Cita-citamu adalah menjadi seorang penyanyi, hyung. Dan sekarang kau berbelok arah, hyung. Kau membuang impianmu sejak kecil itu, lalu kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama denganmu?”

Apa ini? Taehyung melakukannya? Bagaimana mungkin? Hei, itu bukanlah alasan yang kuat.

“Kau melepaskan mimpi berhargamu. Kau membuangnya, hyung. Dan sekarang aku akan memungutnya kembali. Aku akan mewujudkan mimpimu, aku akan melakukannya untukmu, hyung. Jadi kumohon, bantu aku, dan jangan membenciku.”  

Setetes air mata menuruni pipiku, diikuti oleh tetesan lainnya hingga menjadi aliran deras yang menuruni pipiku. Bahuku bergetar dan aku membuka bibirku sedikit, terisak pelan -tetap tidak bersuara. Aku ingin memeluk Taehyung, tapi rasa ego dan rasa marah lebih menguasai diriku saat ini. Aku menghapus air mataku kasar. Aku tidak bisa memaafkannya. Tidak. Tidak akan pernah bisa. Gara-gara dia, aku kehilangan suaraku. Gara-gara dia aku tidak bisa berbicara. Gara-gara dia aku tidak bisa tertawa lepas sepertinya. Gara-gara dia aku tidak bisa mengungkapkan semuanya. Dan gara-gara dia hidupku berubah drastis seperti ini. Karena, dialah alasan aku melepas semua mimpiku. Aku tidak akan bisa bernyanyi lagi karena aku bisu. Yah, aku bisu. Aku adalah tuna wicara.

Alasan aku selalu diam dan tidak menggubris semua perkataaan Taehyung, ayah, ibu, adalah karena aku tidak pernah bisa membalas perkataan mereka. Itulah sebabnya, mengapa ayah, ibu, dan teman-teman tidak ada yang mengajakku berbicara. Mereka semua tahu kalau aku bisu. Dan hanya Taehyung seorang yang mengajakku berbicara. Hanya dia yang mau berceloteh panjang lebar padaku meskipun dia tahu kalau aku tidak akan pernah bisa membalasnya. Aku merasa kesepian dan kesendirian menghampiriku. Aku begitu takut dengan kesepian. Setiap malam aku menangisi semua ini. Aku menangisi takdir buruk yang melekat padaku. Aku menangisi alur hidupku yang tidak seindah dulu.

Aku bisu.

Bisu.

Aku segera meraih tasku dan pergi meninggalkan Taehyung di kelas sendirian. Aku benar-benar enggan menatapnya sekarang. Moodku benar-benar sangat hancur. Taehyung memang adalah penghancur. Bagiku, dia sama halnya dengan monster yang kejam.

BAEKHYUN POV END

.


TAEHYUNG POV

Aku menangis saat melihat hyungku yang paling aku sayang ini menangis. Untuk saat ini, aku membiarkannya pulang sendirian. Aku akan memberikannya waktu sendiri untuk berfikir dan merenung. Lagipula, tidak mungkin juga kan kalau aku membuntutinya sepanjang hari? Disangkanya nanti aku adalah kakak yang overprotective. Hei dengar ya, aku ini adiknya, bukan kakaknya.

Saat aku sudah tidak merasakan kehadirannya di sekitarku lagi, aku meghapus air mataku, lalu beranjak dari bangkuku dan menenteng tasku keluar kelas. Aku berjalan dengan sangat pelan dan dengan lesu. Sedari tadi aku berjalan dengan kepala menunduk. Kurasa, lantai sekolah yang berwarna biru ini lebih menarik dibandingkan beberapa siswa yang berkeliaran di koridor sekolah.

“Hei Taehyung-ah, ayo kita latihan basket!” Jimin merangkul bahuku dan menarikku pelan. Sangat bersahabat. Namun dengan rasa malas aku hanya menggeleng pelan dan menyingkirkan lengannya di bahuku. Aku tidak mau melakukan apapun hari ini. Rasanya malas. Sekarang ini, seharusnya aku menjaga Baekhyun hyung, meskipun dari jauh. Dan seharusnya..

Seharusnya aku melakukan hal itu dari tadi!

Aku langsung berlari menuju gerbang sekolah tanpa menoleh sedikitpun ke belakang walaupun hanya sekedar membalas teriakan Jimin. Aku keluar gerbang dan menyusuri trotoar, lalu berbelok ke arah kiri untuk masuk ke wilayah komplek perumahanku. Aku mempercepat langkahku dan menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan Baekhyun hyung. Ah, seharusnya dia masih belum terlalu jauh dari sini. Aish, ini memang salahku sih yang tidak mau berjalan mengikutinya dari tadi.

Apa Baekhyun hyung sangat tersinggung dengan kata-kataku tadi?

Aku menelusuri jalan sampai hampir mendekati rumahku, aku masih belum bisa menemukan Baekhyun hyung. Pikiranku kacau. Pikiran negatif langsung menggebu didalam pikiranku. Aku memperlambat langkahku saat aku berada tepat didepan pagar rumah. Aku menarik nafas panjang dan mulai berfikir positif. Bisa saja kan Baekhyun hyung pulang ke rumah sambil berlari? Mungkin saja sekarang Baekhyun hyung sudah ada dirumahnya. Sudah meringkuk di atas ranjang empuknya. Yah, semoga saja.

Dengan penuh harapan, aku mendorong pagar rumahku dan masuk. Aku tersenyum saat Belky menggonggong menyambut kepulanganku. Jika biasanya aku langsung berlari memeluknya, sekarang berbeda. Karena pikiranku sedang kalut, aku memutuskan untuk langsung berjalan ke pintu depan. Aku membuka knop pintu dengan pelan dan masuk dengan tergesa.

Tanpa melepas sepatu, aku langsung melempar tasku ke sofa dan duduk disamping ibu yang sedang menonton tv. Ibu hanya melongo menatapku yang datang terburu-buru. Wajahnya menggambarkan kalau ada yang ingin dia tanyakan, tapi sebelum itu terjadi, aku memotongnya.

“Dimana Baekhyun hyung?”  aku mencengkeram bulu bulu lembut sofa berwarna soft white dengan kuat.

“Seharusnya ibu yang bertanya. Dimana hyungmu?”

.


.


.


.


.


.


.


.


.



TBC

Kyaaa~ Akhirnya buat yang chap 1 ini selesai juga…
Gimana ceritnya?  Seru enggak?  Apa terlalu panjang?  Hehe maaf ya kalo ceritanya kurang greget :v
Ku menunggu untuk moment Chanbaek ~  eh ya sedikit bocoran, disini ntar bakal ada Chanyeol dan mreka ntar anu(?) insyaallah mau dibikin Vkook juga.. tapi masih insyallah loh ya..
Kalau ada yang mau ditanyain, mau kritik dan saran, tinggal comment aja^^

Hayoloh jangan jadi ghost reader.. ntar didatangi sama hantunya beneran loh :”v

Tidak ada komentar:

Posting Komentar