Trust Me, Please ?
Cast : Byun Baekhyun [EXO]
Kim Taehyung [BTS ]
Park Chanyeol [EXO]
Other Cast : Menyusul (?)
Rated : T
Genre : Romance, Hurt, Brothership, Family, Angst
Length : Chaptered
Haii aku balik lagi dengan ff baru lagi... Tapi maaf kalau hasilnya kurang memuaskan :"v
Dan seperti biasa, genrenya hurt and angst.. Duh aku demen banget sama ff bergenre semacam ini
Oh iya, buat ff ku yang I HATE MY LIFE itu sebenernya udah selesai, mau di update lagi tapi masih harus banyak yang belum di edit.. Lagian di situ agak nyerempet ke rated M (yah walopun kaga full sih) :"v
Kalo ada waktu dan inget (?) ntar aku update dah.. ff itu kan termasuk dalam 5 postingan yang paling banyak dibaca (?) jadi ngerasa ada tanggungan buat nyelesaiinnya XD
Thanks banget yah yang udah mau jadi readers di sini, terutama yang koment >//< Muachh
WARNING!! THIS IS YAOI FANFICTION. DLDR!
Sinar mentari pagi yang hangat mencoba untuk
menelusup melalui celah gorden jendela yang setengah terbuka. Membuatku yang
sebelumnya sedang bergelut didalam selimutku merasa terusik dengan cahaya itu
yang mengenai sebagian wajahku. Aku menguap sedikit, namun tetap tidak membuka
mataku. Aku menarik kembali ujung selimutku hingga menutupi seluruh bagian
tubuhku, termasuk wajahku.
Belum sempat aku mengarungi dunia mimpiku
kembali, aku kembali diganggu dengan kicauan burung-burung gereja. Lalu ada
suara Belky - anjing peliharaan ras Golden
Retriever- yang menggonggong dengan suara kerasnya itu. Shit. Aku mengibaskan selimutku kasar
dan langsung beranjak menuju kamar mandi. Semua suara tadi benar - benar
mengangguku.
15 menit kemudian, aku sudah selesai mandi dan
kini sedang menyimpul dasiku.
“Baekhyunnie,
ayo cepat turun! Sarapan sudah siap,” terdengar teriakan ibu yang memanggilku dari bawah. Aku hanya
mengangguk, yah walaupun ibu tidak bisa melihatku sih. Kekeke.
Oh iya, aku lupa belum mengenalkan diriku.
Baiklah, namaku adalah Baekhyun, tepatnya Jung Baekhyun. Aku adalah anak
dari Jung Daehyun dan Jung Youngjae. Apa
kalian bingung mengapa kedua orang tuaku laki-laki? Ehm aku tidak tahu, karena
yang aku tahu adalah mereka saling mencintai. Dan sekarang umurku 18 tahun.
Tahun ini aku kelas 3 di Byeolde High School.
Aku melirik arloji yang ada di tangan kiriku.
7.15 . Ah, masih ada banyak waktu. Aku meraih tasku di atas mejaku dan
menyampirkannya di bahuku, lalu berjalan keluar pintu kamar sambil membayangkan
betapa harmonis dan indahnya keluargaku ini. Yah, benar-benar sangat indah,
sampai seseorang yang berdiri didepan pintu kamarnya yang ada diseberang pintu
kamarku itu menampilkan cengiran bodohnya. Oh ya Tuhan, khayalanku yang indah akhirnya
runtuh juga. Aku menarik kata-kataku. keluarga ini tidak harmonis dan tidak
indah sama sekali.
“Selamat
pagi Baekhyun hyung.”
Tanpa membalas sapaannya dan senyuman bodohnya
yang memuakkan bagiku itu, aku langsung melenggang pergi meninggalkan dia untuk
menuruni tangga menuju ruang makan. Oh kurasa dia mengikutiku dibelakangku. Cih
aku tidak peduli. Apa kalian bertanya siapa orang yang sedang mengikutiku? Hah.
Dengan berat hati akan ku katakan kalau dia adalah ‘a-d-i-k k-e-m-b-a-r-k-u’ aku benci mengakuinya.
“Bagaimana
mimpimu semalam hyung? Apakah indah?” tanyanya saat kami sedang berjalan ditangga.
“Apa
kau sudah mengerjakan semua tugas dari Han sonsaengnim? Ah aku benar-benar
tidak paham dengan logaritma hyung,” dia terus mengoceh.
“Ah
ya, hari ini kira-kira ibu memasak apa ya? Tiba-tiba saja aku ingin makan
bulgogi dan juga steak. Ah tapi apapun masakan ibu, semuanya sudah pasti
lezat,” dia masih saja
berceloteh walaupun dia sudah tahu kalau aku tidak akan pernah membalas semua
ucapannya.
Ku lihat ibu dan ayah memandang ke arah kami
berdua dengan senyum manis mereka. Tapi entah mengapa, aku merasa terselip rasa
sedih di senyuman mereka. Huft. Kurasa mereka sedih karena aku dan Taehyung
tidak akur.
“Ibu
hari ini masak apa?” ujar
Taehyung -adikku- sambil berlari memeluk ibu dan ayah bergantian.
“Nasi
goreng, sayang.”
“Hei
hyung, hari ini ibu membuatkan masakan kesukaanmu, kau harus berterima kasih
pada ibu.” Lagi. Taehyung
menampilkan senyum lebarnya dengan deretan gigi putihnya.
Aku masih tidak menggubris semuanya. Aku hanya
menarik kursi dan duduk. Lalu menyantap sarapan pagiku dalam diam. Hanya aku
seorang yang diam. Taehyung, ayah, dan ibu sibuk berbincang-bincang. Sesekali
aku tersenyum kecil saat mereka bertiga tertawa -tanpa mereka sadari.
Selesai makan, aku bangkit dari kursiku dan
membungkuk sopan kepada ayah dan ibu dan berjalan ke pintu depan untuk memakai
sepatu. Aku mendengar kalau Taehyung mengucapkan salam dan pergi menyusulku
menuju rak sepatu. Dia mengambil sepatunya dan juga sepatuku. Di pintu depan,
ia memberikan sepatuku sambil tersenyum lagi. Aku mulai berpikir, apakah Taehyung
ini waras? Kenapa sedari tadi tersenyum terus? Apakah itu tidak melelahkan?
Aku mengambil sepatu yang disodorkan Taehyung
dan mulai memakainya dengan cepat. Begitupun dengan Taehyung, dia memakai
sepatunya dengan cepat. Setelah itu kami berdua membuka pintu dan keluar dari
pintu depan. Aku tersenyum senang saat Belky menghampiriku dan menjilati
pipiku. Ah, aku benar-benar menyayangi Belky. Aku mengusak lembut bulu
coklatnya dan memeluk tubuhnya. Taehyung berjongkok disebelahku dan melakukan
hal yang sama denganku. Bedanya, dia tertawa dengan lepas sambil merangkulnya
gemas.
Walaupun aku membenci Taehyung, tapi tidak bisa
dipungkiri kalau aku menyukai suara gelak tawanya. Terdengar sangat
menyenangkan.
Aku membelai bulu kepala Belky dan tersenyum
kecil. Belky menggonggong kecil sambil menggesekkan kepalanya didadaku. Aku
bisa melihat dengan ekor mataku kalau Taehyung ikut tersenyum kecil memandangku.
Ku lihat Taehyung berdiri dan menarik tangaku lembut, “Ayo hyung kita berangkat. Kau tidak mau kita berdua dihukum Han
sonsaengnim bukan?” dan untuk kesekian kalinya dia tersenyum hangat.
Tapi memang pada dasarnya aku keras kepala dan
membenci Taehyung, aku menampik tangan Taehyung kasar dan berjalan
mendahuluinya. “Belky, tunggulah di
rumah. Nanti sore aku akan mengajakmu berjalan-jalan, oke?” aku mendengar
Taehyung berbicara pada Belky dan disambut dengan gonggongan Belky.
Setelah itu kami berjalan menuju sekolah dengan
jalan kaki. Jarak sekolah dengan rumah kami hanya sekitar 200m. Aku berjalan
dengan Taehyung yang berjalan di belakangku yang terus berceloteh tentang
apapun yang ada di pikirannya. Dan seperti biasa, aku tidak akan pernah menoleh
ke belakang, apalagi membalas semua celotehan tidak bergunanya. Hingga 20 menit
kemudian kami berdua sampai di gerbang sekolah.
“Akhirnya
kita sampai hyung. Apa kau mau membeli minum dulu di kantin?” Aku tidak membalas pertanyaan Taehyung, dan
kurasa Taehyung sudah terbiasa dengan sikapku itu. Jadi dia hanya menghembuskan
nafasnya pelan lalu tersenyum dan berjalan di belakangku.
Setelah menemukan ruang kelasku, aku berjalan
memasuki ruang kelas dan Taehyung juga memasuki kelas yang sama denganku. Satu
fakta lainnya yang ku benci selain Taehyung si cerewet adalah adik kandungku,
adalah Taehyung sekelas denganku! Lihat saja, baru saja dia memasuki kelas,
semua murid mengerumuni dia dan berbincang-bincang hingga suasana kelas menjadi
semakin rusuh.
Aku duduk dibangkuku yang paling pojok belakang
-dekat dengan jendela yang menghadap langsung ke lapangan basket- dan
mengenakan headsetku, lalu membenamkan kepalaku ke dalam lipatan kedua tanganku
di atas meja. Lalu aku kembali mengenang masa laluku yang sangat indah,
termasuk Taehyung yang ada didalamnya. Sebenarnya, dulu aku sangat menyayangi
Taehyung, kami sangat sering bermain, belajar bersama, dan bahkan membicarakan
apa saja yang ada dipikiran kami. Setiap sore dan minggu pagi kami juga
mengajak Belky berjalan-jalan mengelilingi komplek rumah kami.
Bahkan saat ada ‘Singing Contest’ beberapa
bulan yang lalu, dia sampai rela berlatih mati-matian untuk bermain gitar agar
bisa mendampingiku menyanyi. Aku tahu Taehyung benar-benar payah dalam hal alat
musik, tapi demi aku dia bahkan sampai rela pergi kesana kemari, menanyai semua
sunbae yang bisa memainkan alat musik dan belajar bersama. Saat itu aku
menangis saat semua usaha Taehyung tidak sia-sia, yah akhirnya aku memenangkan
kontes itu. Ayah, ibu, Taehyung, semuanya memelukku karena senang.
Namun pada hari itu, kejadian yang tidak
terduga menimpa kami semua -tepatnya hanya aku seorang yang merasakan. Pada
hari itu, kami akh.. aku mengangkat kepalaku dan memeganginya yang terasa
sangat sakit sekali. Selalu seperti ini, setiap kali aku mengingat kejadian
ini, kepalaku selalu sakit. Mungkin Tuhan tidak memperbolehkan aku
mengingatnya. Tuhan tidak mau aku mengingat hal itu. Hal yang membuatku sangat
sedih, kecewa, dan membenci Taehyung.
Aku merasa setitik air mata jatuh mengalir
dipipiku. Aku cepat-cepat menghapusnya dan kembali menenggelamkan kepalaku ke
dalam lipatan tanganku sambil menunggu Han sonsaengnim tiba.
[SKIP
TIME]
Aku membereskan semua bukuku, jam pelajaran
telah berakhir. Semua murid sudah berhambur keluar sejak 5 menit yang lalu. Aku
selalu menjadi yang terakhir keluar dari kelas, dengan Taehyung tentunya. Dari
dulu dia memang seperti ini. Dia bagaikan anak itik yang membuntuti induknya
kemanapun ia pergi. Seperti saat ini, ia sedang duduk dibangku didepanku sambil
menatapku dengan cengiran bodohnya itu.
“Kau
keren hyung, lagi-lagi kau mendapatkan nilai sempurna di pelajaran sastra
Korea. Pasti saat kau masuk universitas nanti, kau akan memilih jurusan sastra,
iya kan?”
Aku hanya terus diam dan tutup mulut. Tangan
dan mataku sibuk mengamati satu persatu barang milikku dan memasukkannya ke
dalam tas. Aku tak ingin ada satu benda pun yang tertinggal di sekolah. Karena
jika sekalinya tertinggal, besok pasti akan hilang. Aku pernah mengalami
kejadian itu saat aku duduk di bangku sekolah dasar dan tidak sengaja aku
meninggalkan rautan pensilku di kolong meja, dan keesokan harinya benda itu pun
menghilang. Dan Taehyung memberikan rautan pensil miliknya agar aku berhenti
menangis. Kekeke. Aku sempat berfikir, seharusnya Taehyung yang menjadi kakakku.
Sifatnya benar-benar sangat dewasa.
“Kalau
begitu, aku juga akan mempelajari sastra agar aku bisa masuk satu jurusan
denganmu.”
Seketika aku menghentikan semua pergerakanku
dan menatap tajam ke arahnya. Aku memang benci padanya, tapi aku juga masih
memiliki rasa peduli padanya. Dia bahkan rela melepas cita-citanya demi
bersamaku? Apa dia pengidap brother complex? Apakah dia menyukaiku? Ah tidak
mungkin. Aku menempis pemikiran menjijikkan itu jauh-jauh.
Taehyung dari dulu sangat ingin masuk kelas
jurusan musik. Dia memang tidak terlalu pandai dalam hal alat musik, tetapi ia
sangat lihai dan pandai dalam hal menari dan menyanyi seperti. Dia bahkan
sangat memimpikan menjadi artis sejak dia masih duduk dibangku sekolah dasar. Dan
mungkin menjadi pendamping menyanyiku saat kontes menyanyi waktu itu adalah
salah satu usahanya untuk masuk jurusan musik. Bukankah itu membuktikan kalau
betapa inginnya dia di jurusan musik? Lalu apa alasannya memutar balik tujuan
awalnya menjadi sepertiku? Kenapa dia mengikutiku terus?
“Cita-citamu
adalah menjadi seorang penyanyi, hyung. Dan sekarang kau berbelok arah, hyung.
Kau membuang impianmu sejak kecil itu, lalu kenapa aku tidak bisa melakukan hal
yang sama denganmu?”
Apa ini? Taehyung melakukannya? Bagaimana
mungkin? Hei, itu bukanlah alasan yang kuat.
“Kau
melepaskan mimpi berhargamu. Kau membuangnya, hyung. Dan sekarang aku akan
memungutnya kembali. Aku akan mewujudkan mimpimu, aku akan melakukannya
untukmu, hyung. Jadi kumohon, bantu aku, dan jangan membenciku.”
Setetes air mata menuruni pipiku, diikuti oleh
tetesan lainnya hingga menjadi aliran deras yang menuruni pipiku. Bahuku
bergetar dan aku membuka bibirku sedikit, terisak pelan -tetap tidak bersuara.
Aku ingin memeluk Taehyung, tapi rasa ego dan rasa marah lebih menguasai diriku
saat ini. Aku menghapus air mataku kasar. Aku tidak bisa memaafkannya. Tidak.
Tidak akan pernah bisa. Gara-gara dia, aku kehilangan suaraku. Gara-gara dia
aku tidak bisa berbicara. Gara-gara dia aku tidak bisa tertawa lepas
sepertinya. Gara-gara dia aku tidak bisa mengungkapkan semuanya. Dan gara-gara
dia hidupku berubah drastis seperti ini. Karena, dialah alasan aku melepas
semua mimpiku. Aku tidak akan bisa bernyanyi lagi karena aku bisu. Yah, aku
bisu. Aku adalah tuna wicara.
Alasan aku selalu diam dan tidak menggubris
semua perkataaan Taehyung, ayah, ibu, adalah karena aku tidak pernah bisa
membalas perkataan mereka. Itulah sebabnya, mengapa ayah, ibu, dan teman-teman
tidak ada yang mengajakku berbicara. Mereka semua tahu kalau aku bisu. Dan
hanya Taehyung seorang yang mengajakku berbicara. Hanya dia yang mau berceloteh
panjang lebar padaku meskipun dia tahu kalau aku tidak akan pernah bisa
membalasnya. Aku merasa kesepian dan kesendirian menghampiriku. Aku begitu
takut dengan kesepian. Setiap malam aku menangisi semua ini. Aku menangisi
takdir buruk yang melekat padaku. Aku menangisi alur hidupku yang tidak seindah
dulu.
Aku bisu.
Bisu.
Aku segera meraih tasku dan pergi meninggalkan
Taehyung di kelas sendirian. Aku benar-benar enggan menatapnya sekarang. Moodku
benar-benar sangat hancur. Taehyung memang adalah penghancur. Bagiku, dia sama
halnya dengan monster yang kejam.
BAEKHYUN
POV END
.
.
TAEHYUNG
POV
Aku menangis saat melihat hyungku yang paling
aku sayang ini menangis. Untuk saat ini, aku membiarkannya pulang sendirian.
Aku akan memberikannya waktu sendiri untuk berfikir dan merenung. Lagipula,
tidak mungkin juga kan kalau aku membuntutinya sepanjang hari? Disangkanya
nanti aku adalah kakak yang overprotective. Hei dengar ya, aku ini adiknya,
bukan kakaknya.
Saat aku sudah tidak merasakan kehadirannya di
sekitarku lagi, aku meghapus air mataku, lalu beranjak dari bangkuku dan
menenteng tasku keluar kelas. Aku berjalan dengan sangat pelan dan dengan lesu.
Sedari tadi aku berjalan dengan kepala menunduk. Kurasa, lantai sekolah yang
berwarna biru ini lebih menarik dibandingkan beberapa siswa yang berkeliaran di
koridor sekolah.
“Hei
Taehyung-ah, ayo kita latihan basket!” Jimin merangkul bahuku dan menarikku pelan. Sangat bersahabat. Namun
dengan rasa malas aku hanya menggeleng pelan dan menyingkirkan lengannya di
bahuku. Aku tidak mau melakukan apapun hari ini. Rasanya malas. Sekarang ini,
seharusnya aku menjaga Baekhyun hyung, meskipun dari jauh. Dan seharusnya..
Seharusnya aku melakukan hal itu dari tadi!
Aku langsung berlari menuju gerbang sekolah
tanpa menoleh sedikitpun ke belakang walaupun hanya sekedar membalas teriakan
Jimin. Aku keluar gerbang dan menyusuri trotoar, lalu berbelok ke arah kiri
untuk masuk ke wilayah komplek perumahanku. Aku mempercepat langkahku dan
menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan Baekhyun hyung. Ah,
seharusnya dia masih belum terlalu jauh dari sini. Aish, ini memang salahku sih
yang tidak mau berjalan mengikutinya dari tadi.
Apa Baekhyun hyung sangat tersinggung dengan
kata-kataku tadi?
Aku menelusuri jalan sampai hampir mendekati
rumahku, aku masih belum bisa menemukan Baekhyun hyung. Pikiranku kacau.
Pikiran negatif langsung menggebu didalam pikiranku. Aku memperlambat langkahku
saat aku berada tepat didepan pagar rumah. Aku menarik nafas panjang dan mulai
berfikir positif. Bisa saja kan Baekhyun hyung pulang ke rumah sambil berlari?
Mungkin saja sekarang Baekhyun hyung sudah ada dirumahnya. Sudah meringkuk di
atas ranjang empuknya. Yah, semoga saja.
Dengan penuh harapan, aku mendorong pagar
rumahku dan masuk. Aku tersenyum saat Belky menggonggong menyambut
kepulanganku. Jika biasanya aku langsung berlari memeluknya, sekarang berbeda.
Karena pikiranku sedang kalut, aku memutuskan untuk langsung berjalan ke pintu
depan. Aku membuka knop pintu dengan pelan dan masuk dengan tergesa.
Tanpa melepas sepatu, aku langsung melempar
tasku ke sofa dan duduk disamping ibu yang sedang menonton tv. Ibu hanya melongo
menatapku yang datang terburu-buru. Wajahnya menggambarkan kalau ada yang ingin
dia tanyakan, tapi sebelum itu terjadi, aku memotongnya.
“Dimana
Baekhyun hyung?” aku mencengkeram bulu bulu lembut sofa
berwarna soft white dengan kuat.
“Seharusnya
ibu yang bertanya. Dimana hyungmu?”
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Kyaaa~ Akhirnya buat yang chap 1 ini selesai
juga…
Gimana ceritnya? Seru enggak?
Apa terlalu panjang? Hehe maaf ya
kalo ceritanya kurang greget :v
Ku menunggu untuk moment Chanbaek ~ eh ya sedikit bocoran, disini ntar bakal ada Chanyeol dan mreka ntar anu(?) insyaallah mau dibikin Vkook juga.. tapi masih insyallah loh ya..
Kalau ada yang mau ditanyain, mau kritik dan
saran, tinggal comment aja^^
Hayoloh jangan jadi ghost reader.. ntar
didatangi sama hantunya beneran loh :”v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar